Sebuah fenomena baik muncul membumbungkan asa pecinta sepak bola tanah air, Timnas U-19 besutan Indra Sjafri menampilkan permainan apik dan menarik hingga mampu mengalahkan tim sekaliber Korea Selatan. Sehebat apakah anak - anak muda ini?
(Tim Nasional U-19 Garuda Jaya)
Sang pelatih Indra Sjafri sejatinya sudah mengumpulkan pemain pemain terbaik bangsa ini sejak mereka masih berusia 15 tahun. Pak Indra sendiri melakukan pencarian langsung ke daerah - daerah terpencil di pelosok Indonesia untuk menemukan bibit-bibit pesepak bola terbaik di negeri ini. Beliau bahkan rela mengunjungi Muara Teweh di Kalimantan hingga Alor di NTT guna mencari pemain yang dia rasa bahkan scout PSSI pun enggan mendatangi daerahnya.
(Menemukan Sandi Gunawan di Aceh)
Pembinaan yang dilakukan Pak Indra sedari dini ini memang merupakan komitmen beliau yang sangat peduli dengan pembinaan pemain usia dini. Alhasil pemain hasil pencariannya ini kini berkembang menjadi sebuah tim super dengan gaya main menyerupai tiki-taka dengan kaptennya Evan Dimas. Mereka beberapa kali sudah menunjukkan kepiawaian mereka dengan menjuarai turnamen HKFA di Hongkong dan berhasil lolos keputaran final Piala Asia U-19 dengan mengalahkan tim kuat Korea Selatan 3-2 dipertandingan terakhir. Tim ini pun turut menjuarai Piala AFF U-19 pada tahun 2013 lalu.Luar Biasa!
(Timnas U-19 Juara Turnamen HKFA di Hongkong)
Antusiasme masyarakat meninggi, publik berharap banyak kepada 23 anak muda ini namun benarkah mereka ini adalah Tim Nasional?
Mengapa saya bertanya demikian? Saya bukan bermaksud menjelek - jelekkan tim super buatan Pak Indra ini, namun saya hanya ingin menyoroti pembinaan pemain usia dini yang dilakukan oleh PSSI selama ini saja.
Di Jepang dan Amerika Serikat, pengembangan pemain dilakukan dari usia dini melalui dua jalur. Ada yang melalui pembinaan klub adapula yang melalui kompetisi pelajar. Shunsuke Nakamura yang mantan pemain Celtic Skotlandia merupakan salah satu hasil pembinaan dari jenjang kompetisi sekolah. PSSI-nya Jepang bahkan nggak main - main dalam membuat target. Ketika mereka menargetkan untuk lolos Piala Dunia di tahun 2002 saja mereka sudah melakukan persiapan sejak tahun 1994, hal pertama yang mereka buat adalah pembangunan infrastruktur seperti lapangan dan menyekolahkan pelatih keluar Jepang. Hasilnya kini Jepang menjadi salah satu kekuatan Asia bahkan pemain - pemainnya malang melintang bermain di Eropa.
(Shinji Kagawa, Pemain asal Jepang yang merumput di Dortmund dan Manchester United)
Dana yang mereka keluarkan hanya untuk modal awal pengembangan usia dini ini saja mencapai 200 juta dolar US, bandingkan dengan dana pembinaan Timnas U-19 yang "hanya" senilai 2 Milliar rupiah saja. Bukan sesuatu yang instan tentunya.
Lalu coba kita tengok, para pemain U-19 ini sudah bersama - sama selama hampir 4 tahun dan saat ini sedang berlatih bersama, berbeda dengan pemain Timnas U-19 Jepang yang mungkin saja saat ini sedang berlatih dengan klubnya masing - masing dan baru dikumpulkan ketika ada Laga Internasional saja. Jadi Timnas kita ini Tim Nasional yang orangnya berasal dari berbagai Klub atau malah sebuah klub super yang dimajukan sebagai tim nasional?
Sekali lagi bukan maksud saya untuk menyalahkan Timnas. Hanya saja ada baiknya, PSSI mulai melakukan perbaikan infrastruktur dan program pembinaan usia dini mulai saat ini. Agar nantinya bisa muncul Pak Indra yang baru sehingga memunculkan fondasi Timnas yang semakin kuat, tidak hanya sebuah klub super dengan roster sebanyak 23 orang pemain saja.
klub super berasa main di liga super hehehe
BalasHapus