Belajar UAS Statistika II malam ini tiba-tiba berhenti ketika tiba-tiba nemu file Live Concert Fall Out Boy di Phoenix yang dulu dikasih bos Aam buat dipelajarin sebagai gambaran aksi panggung untuk mainin lagu "Sugar We're Going Down" di malam puncak Disguise. Terus pikiran liar muncul, Moza di dunia paralel yang lain mungkin akan memilih untuk tidak melanjutkan kuliah dan jadi pemain band?
Aneh emang kedengerannya, tapi kalau kamu terlahir dari anak guru musik yang dari kelas 5 SD udah mulai belajar pegang alat-alat semacam keyboard, gitar, dan drum mungkin nggak. Setiap weekend atau pulang sekolah saya selalu nungguin mama pulang ngajar di sekolah musik, terus masuk ke studio band yang kosong kalo lagi nggak ada yang nyewa, utak - atik Keyboard atau mukulin drum. Alih - alih terima diajarin piano klasik atau biola seperti yang mama ajarin, saya dan adik - adik saya malah "membangkang" dan belajar alat - alat band dari temen-temen mama yang juga guru musik. Alhasil dulu waktu SMP kalo ditanya cita-cita saya jelas nggak akan jawab "Pingin jadi Industrial Engineer" tapi jadi pemain band.
Tapi sayang, jalur sukses yang ada di mindset orang Indonesia membuat saya harus merelakan mimpi saya tersebut. Kedua orang tua pun juga berpikir sama, ya kalau mau sukses harus belajar yang bener, terus lanjut kuliah, jadi engineer biar bisa kerja sama orang dan jadi kaya. Padahal kalo saya nurutin passion saya, boleh jadi saya sekarang lagi berdiri diatas panggung sambil nyembur air keatas sekenanya macem Joe Trohman atau ngedrum telanjang dada cem Andy Hurley ketimbang belajar penggunaan non-parametric test buat ujian statistika II.
Terus kalo udah jadi pemain drum professional, sukses itu apa? Wkwkwk, nggak ada mimpi terindah buat drummer selain main didepan pemain yang lain kyk gini :p (yang kecil didepan sendirian itu Andy Hurley mimpin lagu "Dance Dance" didepan pemain yang lain)
ps : kepada anak saya di masa depan, papa nggak akan maksa kamu untuk masuk ITB atau SMA favorit kok nak, kalau kamu mau jadi pemain band atau pemain bola sekalipun papa nggak akan larang kamu!
Tulisan menarik, gan.
BalasHapusPola yang bikin bosen dari paradigma sosial macam begini kadang malah bikin mikir, apa sebenernya "sukses" itu. Bener sebuah keutamaan kah, atau cuma bullshit hasil cocotan para motivator. Toh nyatanya emang nggak banyak kan, porsi masyarakat yang pernah mengarungi kehidupan kampus.
Di sisi lain, keberadaan paradigma sosial macam itu juga bisa membantu. Jadi semacam "panduan dasar" menempuh kehidupan bagi mereka yang tak tahu menahu akan arah hidupnya. Meski dalam prakteknya, "panduan dasar" ini acapkali jadi "satu-satunya panduan".
Akhir kata, sebelom bicara anak, bicara soal ibunya si anak dulu aja :v