Selasa, 28 Juli 2015

van Gaal Mau Apa?

Terlalu filosofis dan tidak mendengarkan perkataan orang lain. Bisa jadi kalimat tersebut sangatlah menggambarkan musim pertama Louis van Gaal dalam menangani iblis merah dalam gelaran musim kompetisi 2014/2015. Diawal masa kepemimpinannya van Gaal melulu menggunakan pakem 3-5-2 yang mengantarkan Belanda (yang dia asuh) menduduki peringkat 3 pada Piala Dunia 2014 Brazil. Ia bersikeras menggunakan formasi 3 bek bagi Manchester United yang sejatinya tidak terbiasa dengan pakem ini. Selain karena pelatih sebelumnya yaitu Sir Alex Ferguson sangat menyukai formasi 4 bek sejajar, taktik 3-5-2 sangat tidak lazim ditemui pada tim-tim Premier League yang mengandalkan pola permainan kick and rush.
(Louis van Gaal Pelatih Manchester United)
Jadi apa sebenarnya mau van Gaal? Van Gaal adalah tipe pelatih bertangan dingin yang kekeuh pada filosofinya. Hal ini cukup beralasan karena filosofinya ini sudah mengantarkannya mendapatkan berbagai gelar selama hidupnya. Tapi langsung menancapkan filosofi kuat di musim perdana dengan setan merah? Nanti dulu... Manchester United masih terlihat gamang dalam menggunakan taktik Total Footbal yang van Gaal inginkan di musim perdananya.
(van Gaal dan berbagai gelar yang telah diraih)
Total Football dan pendekatan Attacking Pressure adalah taktik bermain spektakuler yang dikembangkan di Belanda. Van Gaal merupakan generasi ketiga setelah Rinus Michel dan Johan Cruyff yang dinilai paling mampu menggambarkan fantasi tentang taktik indah ini. Taktik ini membutuhkan cara bermain yang extra fluid dimana hampir semua pemain (iya 11 pemain tidak terkecuali kiper) harus ikut ketika menyerang maupun bertahan. Ketika menyerang kiper akan berfungsi sebagai meevoetballende goalkeeper atau disebut juga ball-playing goalkeeper yang tidak hanya nyaman bermain didalam kotak penalty, namun juga bertanggung jawab menaikkan garis pertahanan hingga mendekati garis tengah ketika menyerang dan bertugas menyapu bola hasil serangan balik yang jatuh dibelakang pemain belakang. Kiper dalam fungsi Total Football dituntut untuk juga piawai dalam menggunakan kedua kakinya sama seperti pemain lapangan karena memiliki tugas dalam ikut serta membangun serangan balik yang cepat atau memulai serangan di awal.

Begitupun juga pemain lapangan, permainan total football menuntut pemain untuk memahami dan bisa bermain dalam posisi yang berbeda-beda. Bek akan ikut menyerang dan penyerang akan ikut bertahan. Jenis pemain seperti ini sangat susah ditemui pada era sepak bola modern kini karena pelatih terbiasa menggunakan formasi yang relatif sama dalam mengarungi Liga yang panjang, hasilnya pemain dituntut menjadi spesialis pada posisinya masing-masing.

Manchester United yang hancur pada musim sebelumnya dan ditinggalkan dua pilar utamanya di lini belakang (Vidic dan Rio) kedatangan berbagai amunisi anyar dengan harga mencapai 150 juta poundsterling dalam bentuk Herrera, Shaw, Falcao, dan pembelian termahal mereka sepanjang sejarah Angel di Maria. Tapi apa yang terjadi pada musim perdana van Gaal? MU hanya mampu mencapai target minimal yaitu posisi keempat di Premier League dan tersisih lebih awal di Carling Cup. Van Gaal menggunakan taktik yang berbeda-beda pada tiap pertandingan dan bahkan hampir menggunakan susunan bek yang berbeda. Bisa jadi hal ini dikarenakan badai cidera atau eksperimen yang memang van Gaal inginkan. Tapi apakah ini berarti van Gaal gagal? Nanti dulu...

Pertama kita bahas adalah badai cidera yang menimpa pemain MU secara bergantian pada musim lalu. 39 pemain MU bergantian mengalami cidera pada perhelatan Liga Premier musim lalu, terbanyak dibandingkan kontestan yang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi? Permainan Total Football membutuhkan tuntutan fisik yang kuat untuk terus berlari dan mendominasi selama 90 menit permainan. Berat tentu saja dan akumulasi-nya pemain akan sangat kelelahan dalam mengarungi musim yang panjang, terlebih jika harus bermain di tengah pekan di kompetisi eropa. Van Gaal terlihat tengah menggenjot fisik pemain di musim perdananya sehingga badai cidera tak dapat terelakkan. Hasilnya pemain yang rentan seperti van Persie dan Di Maria, serta Falcao yang berjuang memulihkan diri dari cidera tidak dapat masuk kedalam skema van Gaal. Pemain bertipe fluid seperti Rooney, Valencia, dan Young atau Fellaini malah yang mendapatkan tempat utama. Rooney yang mampu bermain sebagai Striker atau Gelandang tengah dan Valencia serta Young yang dapat membuktikan dapat digunakan sebagai wing back ataupun sayap menyerang, karakter pemain seperti inilah yang dibutuhkan van Gaal.

Selanjutnya dari pembelian pemain, terlihat pemain yang benar-benar murni didatangkan atas permintaan van Gaal dimusim lalu adalah Daley Blind dan Marcos Rojo. Dua pemain ini sangat cocok dengan van Gaal karena bersifat versatile. Seperti yang telah saya bahas sebelumnya di artikel Daley Blind : Holding Midfielder yang dinanti akhirnya hadir, membeli Blind adalah layaknya membeli 3 orang pemain sekaligus karena ia piawai bermain pada posisi Bek Kiri, Bek sentral ataupun gelandang tengah. Pun dengan Rojo, pemain ini dapat digunakan di posisi bek kiri ataupun tengah. Dan terakhir di bursa transfer Januari van Gaal mendapatkan kiper yang sangat cocok dengan skema idamannya, Victor Valdes, kiper terbaik dengan tipe Ball-playing Goalkeeper yang mengantarkan Barcelona mendominasi dunia beberapa tahun silam secara gratis.

(Pembelian Manchester United Musim 2015/2016)
Kini di musim keduanya van Gaal kembali menghamburkan banyak uang untuk mendapatkan 5 pemain diantaranya Scweinsteiger, Darmian, Depay, Schneiderlin, dan Sergio Romero (Bukan Ramos). Terdapat beberapa kesamaan dari pemain yang didatangkan, ya, selain 4 pemain lapangan sama-sama piawai ditempatkan di berbagai sisi, 3 dari 5 pemain adalah mantan anak asuh van Gaal. Artinya 5 dari 8 pembelian van Gaal adalah mantan anak asuhnya. Valdes adalah mantan anak asuhnya ketika menukangi Barca, Bastian ketika ia memenangkan berbagai gelar di Munchen, Romero ketika ia mengantarkan AZ menjadi jawara Belanda dan Depay serta Blind mantan anak asuhnya di Tin Nasional Belanda. Mengapa van Gaal banyak merekrut mantan anak asuhnya? Sekali lagi filosofi. Sulit menanamkan filosofi secara mendalam terlebih hanya dalam waktu setahun lalu, mungkin hanya beberapa pemain inti di musim lalu saja yang mampu mengerti filosofi van Gaal seperti Roo, Carrick, Smalling, Young, dan Herrera. Maka merekrut mantan anak asuhnya adalah salah satu jalan pintas menuju Total Football.
(Rooney, Kapten sekaligus pemain yang paling menggambarkan filosofi van Gaal)
Sekarang apa mau van Gaal sudah jelas bukan? Pelatih ini memang memiliki visi yang jelas sehingga dalam 3 musi kontraknya di MU dia sangat berambisi dapat merengkuh trofi Premier League yang ia idamkan sembari menanamkan filosofi yang kuat di dalam kubu Setan Merah. Bukan tidak mungkin jika visi 3 tahun ini akan menjadikan MU kembali menjadi tim tangguh yang disegani semu tim dan memiliki filosofi kuat seperti Barca ketika menguasai dunia dengan Tiki-Taka. Ryan Giggs sebagai calon suksesornya pun bisa jadi memiliki beban yang lebih ringan untuk meneruskan buah racikan van Gaal ketimbang yang ia lakukan ketika meneruskan kapal oleng Moyes dua tahun silam. Salut Meneer!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar